Masih tergiang rasanya penjelasan guru sewaktu menerangkan pelajaran "Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa - PSPB" dan Pelajaran "Pendidikan Moral Pancasila" sekitar tahun 1984-an. Saya sering mendengar bahwa di Indonesia mempunyai dua (2) Partai dan satu (1) Golongan Karya alias Golkar. Saya terheran-heran kenapa saat itu guru kami tetap keras tidak mau mengakui bahwa golkar saat itu bukan "Partai" politik seperti sekarang tapi mengatakan bahwa Golkar adalah "Golongan orang-orang yang berkarya". Terus kami juga pernah bertanya, kalau bukan partai, kenapa golkar ikut sebagai kontestan dalam Pemilu? Bla..Bla..bla..bla..banyak hal saat itu (sebelum reformasi) yang saya sendiri tidak mengerti kedudukan Golkar. Walau kenyataannya Golkar saat itu sebagai pemenang pemilu.
Setelah Reformasi
Setelah reformasi, Golkar yang menurut saya saat itu dalam keadaan dilematis. Golkar saat itu dianggap sebagai "Partai" yang harus bertanggung jawab atas kemerosotan ekonomi. Maka terkejutnya saya, ketika "Golkar" memproklamasikan diri menjadi "PARTAI GOLKAR". Ko "Golkar" menjadi "Partai"?. Jadi, apakah selama menjadi pelajar, saya dan teman-teman SALAH dalam menerima penjelasan dari GURU yang dengan keras mengatakan Golkar BUKAN "partai"?
Belajar dari sejarah tersebut, weblog ask menghimbau, supaya dunia pendidikan janganlah dibawa-bawa dalam permainan politik. Biarkanlah dunia guru-guru tetap sebagai Umar Bakri yang penuh dengan apa adanya. Bukan begitu bro?
Setelah Reformasi
Setelah reformasi, Golkar yang menurut saya saat itu dalam keadaan dilematis. Golkar saat itu dianggap sebagai "Partai" yang harus bertanggung jawab atas kemerosotan ekonomi. Maka terkejutnya saya, ketika "Golkar" memproklamasikan diri menjadi "PARTAI GOLKAR". Ko "Golkar" menjadi "Partai"?. Jadi, apakah selama menjadi pelajar, saya dan teman-teman SALAH dalam menerima penjelasan dari GURU yang dengan keras mengatakan Golkar BUKAN "partai"?
Belajar dari sejarah tersebut, weblog ask menghimbau, supaya dunia pendidikan janganlah dibawa-bawa dalam permainan politik. Biarkanlah dunia guru-guru tetap sebagai Umar Bakri yang penuh dengan apa adanya. Bukan begitu bro?
No comments:
Terima Kasih atas komentar yang diberikan