Cerita ini terjadi di tahun 1996 saat mendapat tugas untuk menyelesaikan kerjaan bersama timnya Mr. Yap di Biak Papua. Kebetulan saat itu Biak baru saja mendapat musibah Tsunami dan gempa, jadi jelas sekali saat itu bekas-bekas retakan jalan yang sudah beraspal.
Mendarat di airport Biak (berangkat dari Jaya Pura) ada suatu pemandangan yang sangat "unik" untuk airport sekelas internasional. Bagi kalian yang belum mengenal budaya Papua (dulu Irian) mungkin agak aneh atau mungkin risi melihat penduduk asli sambil "menginang" dengan bibir merah melayani para tamu dengan ramah. Tapi itulah uniknya dan ramahnya saudara kita di Papua.
Berhubung untuk yang pertama kalinya datang ke Biak, maka aku dijemput oleh Mas Hamzah. Tak berapa lama aku mendarat jemputan sudah ada menunggu. Mas Hamzah sudah aku kenal sebelumnya sewaktu kami sama-sama membangun camp di daerah Tanah Merah yang saat itu termasuk dalam kabupaten Merauke. Aku sempat diajak jalan-jalan ke pantai. Saat itu masih terlihat bekas-bekas dasyatnya Gempa dan Tsunami. Puas keliling Biak kami langsung menuju kantor untuk bersiap-siap bertempur dengan pekerjaan yang sudah menanti. Tiba-tiba ada rekan menyeletuk berkata ke mas Hamzah."kopi mana..?" Mas Hamzah menjawab "Sapi ke pantai..?...Teman mungkin sudah bisa mengira bagaimana ekspresi air mukaku yang bingung dengan sejuta tanya. Masa ditanya kopi dijawab dengan sapi..apalagi sapinya ke pantai..Rupanya mas Hamzah mengetahui kebegoanku, akhirnya ia ngasih tahu.."ooooo, itu maksudnya gini..kopi mana artinya kau pergi kemana..sapi ke pantai artinya saya pergi ke pantai.." jelasnya. Aku tersenyum bego..dalam hati berujar.."kalo gitu sapi bisa makan bakso..sapi bisa sekolah..haaaaaaaaa..86x" betulkan..?
Ceritanya bagus sob...
ReplyDeleteIzin nyimak aja, lagi dikejar waktu ane, kunjungan baliknya yah
ReplyDeletekok bisa ya ???
ReplyDeleteAne kira sapi beneran gan, heeee
ReplyDeleteItulah kayanya bahasa di Indonesia, dan bersyukurlah kita memiliki bahasa pemersatu dari sabang sampai merauke.
ReplyDelete