Emosi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:228) diartikan sebagai “Suatu keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif”.
Menurut Ahmadi (2003:101), emosi atau perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungannya dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif. Unsur-unsur emosi/perasaan antara lain : (a) bersifat subyektif daripada gejala mengenal, (b) bersangkut paut dengan gejala mengenal, (c) perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
Gejala emosi/perasaan kita tergantung pada : (a) keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan lebih mudah tersinggung daripada kalau badan sehat, (b) pembawaan, ada yang berperasaan halus sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya, (c) perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu (Ahmadi, 2003:102).
Tiga dimensi perasaan menurut W. Wundt adalah: (a) dimensi pertama, yaitu perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan, (b) dimensi kedua, perasaan dapat dialami sebagai suatu hal yang “excited” atau sebagai “inert feeling”, (c) dimensi ketiga, yaitu “expectancy” dan “release” adalah suatu perasaan yang dialami oleh individu sebagai sesuatu yang masih dalam penghargaan, akan tetapi ada pula perasaan yang dialami individu karena peristiwa atau keadaan telah nyata terjadi atau tela “release” (Woodworth & Marquis, 1975).
Stern membedakan perasaan dalam tiga golongan yaitu: (a) perasaan-perasaan presens, perasaan yang bersangkutan dengan keadaan sekarang yang dihadapi, (b) perasaan-perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan dalam kejadian-kejadian yang akan datang, (c) perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau melihat kebelakang yang telah terjadi. (Ahmadi Abu, 2003:104).
Max Scheler mengemukakan 4 macam tingkatan perasaan yaitu: (a) perasaan tingkat sensoris, merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dingin; (b) perasaan bergantung pada keadaan jasmani keseluruhan, misalnya rasa segar, lelah, dsb; (c) perasaan kejiwaan, merupakan perasaan seperti gembira, susah, takut; (d) perasaan kepribadian, merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya putus asa, puas (Palland, 1950).
Di samping itu Kohnstamm memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut: (a) perasaan keindraan, merupakan perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalnya asin, manis, pahit, haus, lapar, lelah, dsb; (b) perasaan kejiwaan meliputi perasaan keintelektual, perasaan kesusilaan, perasaan keindahan, perasaan kemasyarakatan, perasaan harga diri, dan perasaan ke Ketuhanan (Ahmadi, 2003:106).
Daniel Goleman (2006:4) mengatakan bahwa emosi/perasaan kita yang paling dalam merupakan pendorong penting, dan bahwa spesies manusia berutang amat banyak pada kekuatan emosi karena dengan adanya emosilah manusia dapat menunjukkan kebaradaannya dalam maslah-masalah manusiawi. Nilai kelangsungan hidup reportoar emosi dalam system saraf sebagai sifat bawaan dan kecenderungan sifat automatis perasaan manusia.
Menurut Ahmadi (2003:101), emosi atau perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungannya dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif. Unsur-unsur emosi/perasaan antara lain : (a) bersifat subyektif daripada gejala mengenal, (b) bersangkut paut dengan gejala mengenal, (c) perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
Gejala emosi/perasaan kita tergantung pada : (a) keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan lebih mudah tersinggung daripada kalau badan sehat, (b) pembawaan, ada yang berperasaan halus sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya, (c) perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu (Ahmadi, 2003:102).
Tiga dimensi perasaan menurut W. Wundt adalah: (a) dimensi pertama, yaitu perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan, (b) dimensi kedua, perasaan dapat dialami sebagai suatu hal yang “excited” atau sebagai “inert feeling”, (c) dimensi ketiga, yaitu “expectancy” dan “release” adalah suatu perasaan yang dialami oleh individu sebagai sesuatu yang masih dalam penghargaan, akan tetapi ada pula perasaan yang dialami individu karena peristiwa atau keadaan telah nyata terjadi atau tela “release” (Woodworth & Marquis, 1975).
Stern membedakan perasaan dalam tiga golongan yaitu: (a) perasaan-perasaan presens, perasaan yang bersangkutan dengan keadaan sekarang yang dihadapi, (b) perasaan-perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan dalam kejadian-kejadian yang akan datang, (c) perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau melihat kebelakang yang telah terjadi. (Ahmadi Abu, 2003:104).
Max Scheler mengemukakan 4 macam tingkatan perasaan yaitu: (a) perasaan tingkat sensoris, merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dingin; (b) perasaan bergantung pada keadaan jasmani keseluruhan, misalnya rasa segar, lelah, dsb; (c) perasaan kejiwaan, merupakan perasaan seperti gembira, susah, takut; (d) perasaan kepribadian, merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya putus asa, puas (Palland, 1950).
Di samping itu Kohnstamm memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut: (a) perasaan keindraan, merupakan perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalnya asin, manis, pahit, haus, lapar, lelah, dsb; (b) perasaan kejiwaan meliputi perasaan keintelektual, perasaan kesusilaan, perasaan keindahan, perasaan kemasyarakatan, perasaan harga diri, dan perasaan ke Ketuhanan (Ahmadi, 2003:106).
Daniel Goleman (2006:4) mengatakan bahwa emosi/perasaan kita yang paling dalam merupakan pendorong penting, dan bahwa spesies manusia berutang amat banyak pada kekuatan emosi karena dengan adanya emosilah manusia dapat menunjukkan kebaradaannya dalam maslah-masalah manusiawi. Nilai kelangsungan hidup reportoar emosi dalam system saraf sebagai sifat bawaan dan kecenderungan sifat automatis perasaan manusia.
No comments:
Terima Kasih atas komentar yang diberikan