Motivating (motivasi) menurut Prof.Dr.Husaini Usman, M.Pd, M.T dalam Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Edisi 3, 2011 ialah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish), dorongan (desire) atau impuls. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berprilaku. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja.
Motivasi seseorang ditentukan oleh intensitas motifnya. Pertanyaan yang penting bagi pemimpin manajerial ialah “Bagaimana menimbulkan motivasi kerja anggota kelompoknya?”.
Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang.
Motif cenderung menurun kekuatannya apabila sudah terpenuhi atau terhambat pemenuhannya. Pemuasan terhadap suatu kebutuhan mungkin terhambat dan orang itu kemudian putus asa (frustasi). Akan tetapi ada pula yang ulet untuk mengatasi hambatan itu dan akhirnya berhasil. Hubungan antara motif, perilaku dan kegiatan digambarkan sebagai berikut :
Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para manajer memahami sikap kerja pegawai masing-masing. Manajer dapat memotivasi pegawainya dengan cara berbeda-beda sesuai dengan pola masing-masing yang paling menonjol. Bawahan perlu dimotivasi karena ada bawahan yang baru mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Motivasi yang timbul dari luar disebut motivasi ekstrinsik. Dipihak lain, ada pula bawahan yang bekerja atas motivasi dari diri sendiri. Motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri disebut motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik biasanya lebih bertahan lama dan efektif dibanding motivasi ekstrinsik. (Prof.Dr.Husaini Usman, M.Pd, M.T dalam Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Edisi 3, 2011).
Jika seseorang berhasil mencapai motivasinya, maka yang bersangkutan cenderung untuk terus termotivasi. Sebaliknya, jika seseorang sering gagal mewujudkan motivasinya, maka yang bersangkutan mungkin tetap ulet terus berusaha dan berdoa sampai motivasinya tercapai atau justru menjadi putus asa (frustasi). (Prof.Dr.Husaini Usman, M.Pd, M.T dalam Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Edisi 3, 2011).
Motivasi seseorang ditentukan oleh intensitas motifnya. Pertanyaan yang penting bagi pemimpin manajerial ialah “Bagaimana menimbulkan motivasi kerja anggota kelompoknya?”.
Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang.
Motif cenderung menurun kekuatannya apabila sudah terpenuhi atau terhambat pemenuhannya. Pemuasan terhadap suatu kebutuhan mungkin terhambat dan orang itu kemudian putus asa (frustasi). Akan tetapi ada pula yang ulet untuk mengatasi hambatan itu dan akhirnya berhasil. Hubungan antara motif, perilaku dan kegiatan digambarkan sebagai berikut :
Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para manajer memahami sikap kerja pegawai masing-masing. Manajer dapat memotivasi pegawainya dengan cara berbeda-beda sesuai dengan pola masing-masing yang paling menonjol. Bawahan perlu dimotivasi karena ada bawahan yang baru mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Motivasi yang timbul dari luar disebut motivasi ekstrinsik. Dipihak lain, ada pula bawahan yang bekerja atas motivasi dari diri sendiri. Motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri disebut motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik biasanya lebih bertahan lama dan efektif dibanding motivasi ekstrinsik. (Prof.Dr.Husaini Usman, M.Pd, M.T dalam Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Edisi 3, 2011).
Jika seseorang berhasil mencapai motivasinya, maka yang bersangkutan cenderung untuk terus termotivasi. Sebaliknya, jika seseorang sering gagal mewujudkan motivasinya, maka yang bersangkutan mungkin tetap ulet terus berusaha dan berdoa sampai motivasinya tercapai atau justru menjadi putus asa (frustasi). (Prof.Dr.Husaini Usman, M.Pd, M.T dalam Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Edisi 3, 2011).
nach yang perlu adalah cara untuk mempertahankan motivasi agar selalu terpacu semangat untuk maju :)
ReplyDeletebetul gun... yang paling sulit adalah mempertahankan motivasi itu dalam diri kita.
ReplyDeletemungkin ada cara untuk problem itu...
seperti menulis motivasi kita...agar kita selalu ingat???
semangat sob...
salam kenal..
ditunggu ya kunjungannya^^