Perjalanan dan Monolog Bathinku

Seperti biasa, setiap hari Selasa berkesempatan jalan ke luar kota. Hari ini betul-betul membuat bulu kudukku merinding. Betapa tidak, dua orang cacat tanpa kaki dengan semangat mereka masing-masing mengayuh sepeda dengan kedua tangannya tanpa ada merasa minder dengan lingkungan sekelilingnya. Bahkan mereka tersenyum kepada kita. Ooooo, betapa hebatnya mereka dibanding kita yang sehat dan normal ini. Tanpa terasa aku malu sendiri dengan semua keluhanku selama ini. Bahkan, diriku yang normal ini masih belum juga bisa bersyukur atas nikmat yang diberikan sang Khalik. Oooooo..ternyata diriku sangat sombong.
Dari monolog yang terjadi dalam bathinku, akupun berjanji, sepulangnya sampai di rumah nanti, aku akan syujud menghadap Mu yang Robbi. Semoga diriku yang angkuh dan sombong ini dapat engkau ma'afkan.
Di sudut lain, aku melihat petani lagi mengolah lahannya. Aku mencoba berhenti dan mencermati petani tersebut bekerja. Akhhhh..aku lihat dia menyapu keringatnya dengan tangan dan...Dia tersenyum melihatku. Aduh..di bawah terik matahari yang panas, dengan keringat yang mengucur, petani tersebut masih bisa memberiku senyum sempurna, sebuah senyum ketulusan yang aku dapatkan. Ukh..tidak seperti senyum para koruptor...! Lho ko ngelantur?