Postingan ini kelanjutan dari banhasan tentang Bagaimana Mengukur/Meneliti Budaya Organisasi yang merupakan bagian dari bahsan tentang Budaya Organisasi.
Bagaimana budaya mempengaruhi keefektifan organisasi? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama kita perlu membedakan budaya yang kuat dari yang lemah.
Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkat kepentingannya, dan merasa sangat terikat kepadanya, maka makin kuat budaya tersebut. organisasi yang muda atau yang turnover anggotanya konstan, mempunyai budaya yang lemah karena para anggota tidak akan mempunyai pengalaman yang diterima bersama sehingga dapat menciptakan pengertian yang sama. Ini jangan diartikan bahwa semua organisasi yang sudah matang dengan anggota yang stabil akan mempunyai budaya yang kuat. Nilai intinya juga harus dipegang keras.
Apakah pengaruh dari suatu budaya yang kuat terhadap keefektifan organisasi? Jawabnya dalah : keefektifan mensyaratkan bahwa budaya, strategi, lingkungan dan teknologi sebuah organisasi bersatu. Makin kuat budaya suatu organisasi, makin penting bahwa budaya tersebut cocok dengan variabel-variabel tersebut.
Organisasi yang berhasil akan memperoleh suatu kecocokan eksternal yang baik – budayanya akan dibentuk sesuai dengan strategi dan lingkungannya. Strategi yang didorong oleh pasar, misalnya, akan lebih sesuai di lingkungan yang dinamis dan membutuhkan budaya yang menekankan inisiatif individual, pengambilan resiko, integrasi yang tinggi, toleransi terhadap konflik, dan komunikasi horizontal yang tinggi.
Organisasi yang berhasil juga akan mencari kecocokan internal, dimana budayanya dicocokkan dengan teknologi mereka. Teknologi rutin memberi stabilitas dan dapat bekerja dengan baik jika dikaitkan dengan sebuah budaya yang menekankan pengambilan keputusan yang desentralisasi dan membatasi inisiatif perorangan. Teknologi non rutin sebaliknya, mensyaratkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan paling baik jika disesuaikan dengan budaya yang mendorong inisiatif perorangan dan memperkecil kontrol.
Hasil lainnya dari suatu budaya yang kuat adalah bahwa budaya itu akan meningkatkan perilaku yang konsisten. Budaya itu menyampaikan kepaqda pegawai tentang bagaimana perilaku mereka yang seharusnya, budaya itu mengemukakan kepada pegawai hal-hal seperti ketidakhadiran yang dapat diterima. Beberapa budaya mendorong pegawai untuk menggunakan hari-hari sakit mereka dan tidak berbuat banyak untuk mengurangi absensi. Tidaklah mengherankan jika organisasi yang demikian mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi daripada organisasi dimana jika orang tidak masuk kerja- apapun alasannya- dianggap tidak mempedulikan teman sekerjanya. Jika dianggap bahwa budaya yang kuat akan meningkatkan konsistensi perilaku, maka logis untuk menyimpulkan bahwa budaya itu dapat menjadi sarana yang kuat untuk mengontrol dan dapat bertindak sebagai sebuah substitusi bagi formalisasi.
Budaya organisasi dapat mempunyai dampak signifikan pada keefektitan suatu organisasi, prestasi dan keberhasilan suatu organisasi dapat terpengaruh dari budaya yang terjadi dalam organisasi tersebut. Sumber daya yang dimiliki organisasi dapat berkembang sesuai dengan budaya organisasi dengan melibatkan sistem dan mekanisme yang berkembang. Budaya organisasi berpengaruh besar pada tingkat pemimpin dan karyawan, sehingga efektivitas proses kerja yang terjadi dapat berjalan dengan baik jika budaya organisasi yang terjadi sesuai dengan sistematika prestasi kerja organisasi yang bersangkutan. Budaya organisasi yang memiliki fungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu serta membantuk sikap dan perilaku karyawan atau pimpinan dalam organisasi, secara tidak langsung juga akan menciptakan mekanisme yang mengefektifkan kerja organisasi yang bersangkutan.
KESIMPULAN
Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkat kepentingannya, dan merasa sangat terikat kepadanya, maka makin kuat budaya tersebut. organisasi yang muda atau yang turnover anggotanya konstan, mempunyai budaya yang lemah karena para anggota tidak akan mempunyai pengalaman yang diterima bersama sehingga dapat menciptakan pengertian yang sama. Ini jangan diartikan bahwa semua organisasi yang sudah matang dengan anggota yang stabil akan mempunyai budaya yang kuat. Nilai intinya juga harus dipegang keras.
Apakah pengaruh dari suatu budaya yang kuat terhadap keefektifan organisasi? Jawabnya dalah : keefektifan mensyaratkan bahwa budaya, strategi, lingkungan dan teknologi sebuah organisasi bersatu. Makin kuat budaya suatu organisasi, makin penting bahwa budaya tersebut cocok dengan variabel-variabel tersebut.
Organisasi yang berhasil akan memperoleh suatu kecocokan eksternal yang baik – budayanya akan dibentuk sesuai dengan strategi dan lingkungannya. Strategi yang didorong oleh pasar, misalnya, akan lebih sesuai di lingkungan yang dinamis dan membutuhkan budaya yang menekankan inisiatif individual, pengambilan resiko, integrasi yang tinggi, toleransi terhadap konflik, dan komunikasi horizontal yang tinggi.
Organisasi yang berhasil juga akan mencari kecocokan internal, dimana budayanya dicocokkan dengan teknologi mereka. Teknologi rutin memberi stabilitas dan dapat bekerja dengan baik jika dikaitkan dengan sebuah budaya yang menekankan pengambilan keputusan yang desentralisasi dan membatasi inisiatif perorangan. Teknologi non rutin sebaliknya, mensyaratkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan paling baik jika disesuaikan dengan budaya yang mendorong inisiatif perorangan dan memperkecil kontrol.
Hasil lainnya dari suatu budaya yang kuat adalah bahwa budaya itu akan meningkatkan perilaku yang konsisten. Budaya itu menyampaikan kepaqda pegawai tentang bagaimana perilaku mereka yang seharusnya, budaya itu mengemukakan kepada pegawai hal-hal seperti ketidakhadiran yang dapat diterima. Beberapa budaya mendorong pegawai untuk menggunakan hari-hari sakit mereka dan tidak berbuat banyak untuk mengurangi absensi. Tidaklah mengherankan jika organisasi yang demikian mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi daripada organisasi dimana jika orang tidak masuk kerja- apapun alasannya- dianggap tidak mempedulikan teman sekerjanya. Jika dianggap bahwa budaya yang kuat akan meningkatkan konsistensi perilaku, maka logis untuk menyimpulkan bahwa budaya itu dapat menjadi sarana yang kuat untuk mengontrol dan dapat bertindak sebagai sebuah substitusi bagi formalisasi.
Budaya organisasi dapat mempunyai dampak signifikan pada keefektitan suatu organisasi, prestasi dan keberhasilan suatu organisasi dapat terpengaruh dari budaya yang terjadi dalam organisasi tersebut. Sumber daya yang dimiliki organisasi dapat berkembang sesuai dengan budaya organisasi dengan melibatkan sistem dan mekanisme yang berkembang. Budaya organisasi berpengaruh besar pada tingkat pemimpin dan karyawan, sehingga efektivitas proses kerja yang terjadi dapat berjalan dengan baik jika budaya organisasi yang terjadi sesuai dengan sistematika prestasi kerja organisasi yang bersangkutan. Budaya organisasi yang memiliki fungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu serta membantuk sikap dan perilaku karyawan atau pimpinan dalam organisasi, secara tidak langsung juga akan menciptakan mekanisme yang mengefektifkan kerja organisasi yang bersangkutan.
KESIMPULAN
- Budaya Organisasi merupakan sistem nilai yang diyakini dan dapat dipelajari, dapat diterapkan dan dikembangkan secara terus menerus.
- Hubungan budaya organisasi dengan iklim organisasi yaitu,jika suatu organisasi memiliki ciri-ciri iklim yang sesuai dengan budaya, maka iklim yang terbentuk akan kondusif. Pada umumnya, iklim organisasi bersifat teknis atau sementara, sedangkan budaya Organisasi lebih kekal dan strategis.
- Kiat untuk melestarikan budaya organisasi beraneka ragam; akan tetapi pada dasarnya berkisar pada efektivitas seleksi karyawan baru, komitmen manajemen puncak, serta sosialisasi dengan harapan terjadi internalisasi dan aktualisasi.
- Pengukuran/penelitian budaya organisasi dapat dilakukan bersama-sama dengan terintegrasi pada kegiatan pengukuran diri karyawan dan pimpinan. Pengukuran dapat dilakukan setiap tahun atau pada periode tertentu sesuai dengan kebutuhan lembaga yang bersangkutan.
- Budaya organisasi dapat mempunyai dampak signifikan pada keefektitan suatu organisasi, prestasi dan keberhasilan suatu organisasi dapat terpengaruh dari budaya yang terjadi dalam organisasi tersebut.
========
Daftar Pustaka baca dipostingan : Konsep Budaya Organisasi (klik disini)
No comments:
Terima Kasih atas komentar yang diberikan